Sindhunata, dikenal sebagai pengkhianat Tionghoa |
Bagi masyarakat Tionghoa Indonesia, era Orde Baru diingat sebagai era yang penuh diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dalam berbagai hal kecuali ekonomi. Banyak yang menganggap Presiden Suharto sebagai penguasa Orde Baru adalah pelopor dari diskriminasi tersebut. Fakta yang tak diketahui umum, pelopor diskriminasi Tionghoa era Orde Baru adalah dua orang Tionghoa bernama Sindhunata (Ong Tjong Hay) dan Junus Jahja (Lauw Chuan To).
BKPKB dan LPKB
LPKB mencanangkan assimilasi sebagai "terapi" penyelesaian masalah Tionghoa. Dengan assimilasi mereka bermaksud golongan Tionghoa menghilangkan ke-Tionghoaannya dengan menanggalkan
semua kebudayaan Tionghoa, mengganti nama ke nama-nama yang tidak berbau Tionghoa dan kawin campuran. Dengan demikian, golongan Tionghoa tidak lagi bereksistensi sebagai golongan
terpisah dari golongan mayoritas. Ia juga mengaku bahwa ia bersama kelompoknya, para penganjur asimilasi di Indonesia, adalah konseptor Inpres 14/1967 yang melarang kebudayaan, adat-istiadat dan tradisi Tionghoa diselenggarakan di tempat terbuka.
Suharto pun menganggap usulan larangan Imlek berlebihan
Assimilasi vs Integrasi
yang dibawakan oleh Sindhunata. Keduanya sama sama keturunan Tionghoa, dan keduanya mengaku berusaha untuk membawa WNI etnis Tionghoa untuk bersama membangun Indonesia. Keduanya juga pernah menjabat di struktur pemerintah RI. Secara garis besar marilah kita uraikan apa itu Integrasi dan Asimilasi sebagai refreshing.
- Integrasi :
- Asimilasi:
Kesimpulan
Ternyata, pelopor diskriminasi Tionghoa era Orde Baru bukanlah Presiden Suharto yang beretnis Jawa, melainkan para pengkhianat Tionghoa yakni Sindhunata dan kelompoknya. Suharto memang tidak bisa dibilang sama sekali tak terlibat, namun setidaknya ini bisa mengubah cara pandang kita tentang Orde Baru dan diskriminasi nya. Selain itu, diskriminasi Tionghoa tidak dimulai di era Suharto, melainkan Sukarno, lewat perpres yang melarang etnis Tionghoa berdagang di daerah kecamatan.
Hal ini mungkin bisa membuat malu teman-teman Tionghoa yang tahun lalu (2014) merayu dan cenderung memaksa teman-teman Tionghoa nya untuk memilih PDIP dan Jokowi karena Sukarno dianggap pro-tionghoa dan Suharto anti-tionghoa. Juga orang-orang yang menyebarkan ketakutan buatan bahwa Prabowo anti-tionghoa karena merupakan menantu Suharto.
Salam Indonesia Raya,
Patrick Ong
Refrensi :
http://www.jakarta.go.id/v2/dbbetawi/detail/200/Junus-Jahja
http://www.thejakartapost.com/news/1999/08/28/misconcept-assimilation.html
http://www.gelora45.com/news/STDjin_Sindhunata.pdf
http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-cinationghoa3.htm
http://www.tionghoa.info/kristoforus-sindhunata/
http://news.liputan6.com/read/814735/sukarno-gus-dur-dan-imlek
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristoforus_Sindhunata