Sikap kedua capres terkait hasil pilpres |
Hasil Pilpres 2014 menyisakan beberapa efek negatif terhadap masyarakat. Tindakan Ksatria capres Prabowo yang melawan kecurangan dengan menggugat ke MK dan DKPP, malah dianggap sebagai tindakan yang tidak siap kalah dan kekanak-kanakan. Dengan media-media besar dipihak mereka, dengan mudahnya masyarakat awam diperdaya dengan logika sesat ini.
Bahkan seusai pilpres pun, logika sesat para Jokowers ini masih tetap melekat di otak mereka. Dua minggu lalu saya ngobrol dengan teman kampus saya. Awal nya saya menceritakan bagaimana saya di bully dan difitnah habis-habisan karena tidak sependapat dengan mayoritas teman saya yang memilih Plt.Capres Joko Widodo. Kemudian, akhirnya pembicaraan menjurus tentang sikap Prabowo yang menolak hasil pilpres dan menggugat ke MK.
A : Kenapa Prabowo menolak hasil pilpres ?
A : Kalo bukan anarkis, kenapa mereka berusaha membuka barrier polisi ?
A : Oh.... begitu ya ternyata, emang polisi suka ga adil ya ?
B : Ya... kita kan tau sendiri, hehehe
END
Bahkan seusai pilpres pun, logika sesat para Jokowers ini masih tetap melekat di otak mereka. Dua minggu lalu saya ngobrol dengan teman kampus saya. Awal nya saya menceritakan bagaimana saya di bully dan difitnah habis-habisan karena tidak sependapat dengan mayoritas teman saya yang memilih Plt.Capres Joko Widodo. Kemudian, akhirnya pembicaraan menjurus tentang sikap Prabowo yang menolak hasil pilpres dan menggugat ke MK.
Beginilah singkatnya percakapan kami. Saya sebagai B dan teman saya sebagai A.
A : Kenapa Prabowo ga siap kalah ?
B : Prabowo siap kalah, namun siap kalah beda dengan siap dicurangi.
A : Kecurangannya dimana ? Gw liat tim Prabowo yang banyak curang, Jokowi ga ada curangnya, setau gw.
B : Mungkin lu liat nya KOMPAS, TEMPO, MetroTV, detik.com melulu, jadi nya yang bisa lu liat cuma kecurangan timses Prabowo. Harusnya lu liat Google, karena yang punya google bukan penipu dan bukan pendukung Jokowi, setau gw.
A : Oh.... oke...
A : Kenapa Prabowo menolak hasil pilpres ?
B : Pengawasan dan penghitungan hasil pilpres diserahkan kepada PKS, karena kader-kader mereka disiplin dan militan. Mereka melaporkan bahwa terjadi kecurangan yang masiv, sistematis, dan terstruktur. Kemudian Prabowo meminta KPU agar rekapitulasi suara diundur, karena ada banyak laporan kecurangan dan batas maksimal rekapitulasi adalah 30 hari, tapi KPU tetap melaksanakan dalam 14 hari. Karena itu, Ketua Wantim Golkar Akbar Tandjung yang juga politisi senior, menyarankan Prabowo untuk menolak saja hasil pilpres yang dipenuhi kecurangan.
A : Oh....
A : Kenapa karena kalah lalu menggugat ?
B : Gugatan itu hal biasa, sejak Pilpres Langsung, tiap kali berakhir dengan gugatan di MK. Orang yang menugaskan Jokowi nyapres, ibu Megawati,juga pernah menggugat ke MK.
A : Oh... trus kenapa pendukungnya merusuh dan bertindak anarkis di depan MK ?
B : Yang merusuh itu hanya sebagian kecil, itupun karena ada penyusup yang jadi provokator, koordinator pun memerahi mereka. Koordinator juga sudah teriak minta polisi tangkap provokator tapi oleh polisi dibiarkan saja . Ini bukan anarkis, ada aturan, ada yang melanggar, kalo anarkis itu yang tidak ada aturan.
B : Yang merusuh itu hanya sebagian kecil, itupun karena ada penyusup yang jadi provokator, koordinator pun memerahi mereka. Koordinator juga sudah teriak minta polisi tangkap provokator tapi oleh polisi dibiarkan saja . Ini bukan anarkis, ada aturan, ada yang melanggar, kalo anarkis itu yang tidak ada aturan.
A : Kalo bukan anarkis, kenapa mereka berusaha membuka barrier polisi ?
B :
Mereka awalnya meminta Polisi untuk boleh maju 10 meter, agar lebih sejuk, karena massa kepanasan. Permintaan mereka ditolak polisi, mereka hormati, tapi ada provokator yang malah berusaha merusak barrier.
Polisi bukannya menangkap provokator seperti permintaan koordinator, tapi malah membiarkan, sampai parah, kemudian meyerang massa yang sebenarnya secara overall aksi demonstrasinya nya tertib dan damai. Mereka yang sudah melakiran diri pun tetap dikejar dan diserang polisi, pendukung Prabowo diperlakukan seperti terroris yang harus dihabisi.
Polisi bukannya menangkap provokator seperti permintaan koordinator, tapi malah membiarkan, sampai parah, kemudian meyerang massa yang sebenarnya secara overall aksi demonstrasinya nya tertib dan damai. Mereka yang sudah melakiran diri pun tetap dikejar dan diserang polisi, pendukung Prabowo diperlakukan seperti terroris yang harus dihabisi.
A : Oh.... begitu ya ternyata, emang polisi suka ga adil ya ?
B : Ya... kita kan tau sendiri, hehehe
END
Senang juga bisa memberikan informasi sesungguhnya kepada teman-teman sekampus yang hampir seluruhnya adalah Jokower. Pembicaraan tersebut menginspirasi saya untuk menulis di blog saya. Ternyata di kalangan akademis pun banyak yang belum menyadari kalo tindakan Prabowo bukanlah tindakan kekanak-kanakan. Bagaimana dengan masyarkat lain ? Utamanya oleh pendukung Jokowi yang mayoritas tak lulus SD (hasil survey di BeritaSatu, media milik James Riyadi).
Masyarakat perlu diberi tau kebenaran tentang sikap Ksatria Prabowo ini, banyak yang belum tau kalo setiap piplres langsung selalu ada yang menggugat ke MK, Megawati, Wiranto, dan Jusuf Kalla semuanya pernah menggugat ke MK.
Masyarakat perlu diberi tau kebenaran tentang sikap Ksatria Prabowo ini, banyak yang belum tau kalo setiap piplres langsung selalu ada yang menggugat ke MK, Megawati, Wiranto, dan Jusuf Kalla semuanya pernah menggugat ke MK.
Logika sesat mereka ini sangat berbahaya, yang lawan kecurangan dianggap anak kecil dan childish. Apabila menggugat ke MK dianggap tindakan kekanak-kanakan, maka menurut logika mereka, tindakan yang dewasa adalah membiarkan kecurangan. Entah bagaimana caranya, saya yakin masyarakat perlu mengetahui bahwa logika sesat ini tidak baik untuk digunakan.
Sincerely,
Patrick Wangsa Mulya
Refrensi:
Patrick Wangsa Mulya
Refrensi:
http://www.rmol.co/read/2014/07/22/165107/Jangan-Lupa,-Megawati-juga-Pernah-Tolak-Hasil-Pilpres-