Jumat, 12 Juni 2015

Ong Tjong Hay dan Lauw Chuan To, pelopor diskriminasi Tionghoa era Orde Baru

Sindhunata, dikenal sebagai pengkhianat Tionghoa

Bagi masyarakat Tionghoa Indonesia, era Orde Baru diingat sebagai era yang penuh diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dalam berbagai hal kecuali ekonomi. Banyak yang menganggap Presiden Suharto sebagai penguasa Orde Baru adalah pelopor dari diskriminasi tersebut. Fakta yang tak diketahui umum, pelopor diskriminasi Tionghoa era Orde Baru adalah dua orang Tionghoa bernama Sindhunata (Ong Tjong Hay) dan Junus Jahja (Lauw Chuan To).

BKPKB dan LPKB


Kristoforus Sindhunata adalah Ketua BKPKB (Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa) dan LPKB (Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa). Kedua organisasi tersebut didirikan oleh Junus Jahja ((Lauw Chuan To) seorang Tionghoa Muslim yang juga pro-assimilasi. Sedangkan Sindhunata adalah Tionghoa Katholik dan pernah menjadi Wakil Ketua PMKRI.

LPKB mencanangkan assimilasi sebagai "terapi" penyelesaian masalah Tionghoa. Dengan assimilasi mereka bermaksud golongan Tionghoa menghilangkan ke-Tionghoaannya dengan menanggalkan
semua kebudayaan Tionghoa, mengganti nama ke nama-nama yang tidak berbau Tionghoa dan kawin campuran. Dengan demikian, golongan Tionghoa tidak lagi bereksistensi sebagai golongan
terpisah dari golongan mayoritas.  Ia juga mengaku bahwa ia bersama kelompoknya, para penganjur asimilasi di Indonesia, adalah konseptor Inpres 14/1967 yang melarang kebudayaan, adat-istiadat dan tradisi Tionghoa diselenggarakan di tempat terbuka.

Suharto pun menganggap usulan larangan Imlek berlebihan


Sindhunata dengan LPKB nya bahkan mengusulkan pelarangan total terhadap perayaan kebudayaan Tionghoa. Namun, Presiden Soeharto kala itu menilai usulan Sindhunata terlalu berlebihan. Soeharto tetap mengizinkan perayaan kebudayaan Tionghoa, namun dilakukan secara tertutup. Aturan itu kemudian diresmikan dengan Inpres Nomor 14 Tahun 1967. Hampir 33 tahun warga Tionghoa tak bisa merayakan kebudayaannya di depan umum. Angin segar kemudian datang setelah reformasi.

Assimilasi vs Integrasi


Sudah sejak dulu terjadi kontradiksi antar kedua kubu LPKB (Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa) dan Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), Baperki yang dipimpin oleh Siauw Giok Tjhan dengan ideologinya "Integrasi" dan LPKB dengan program "Asimilasi"nya
yang dibawakan oleh Sindhunata. Keduanya sama sama keturunan Tionghoa, dan keduanya mengaku berusaha untuk membawa WNI etnis Tionghoa untuk bersama membangun Indonesia. Keduanya juga pernah menjabat di struktur pemerintah RI. Secara garis besar marilah kita uraikan apa itu Integrasi dan Asimilasi sebagai refreshing.
  • Integrasi :
Membaur dalam suatu masyarakat yang terdiri dari beragam suku dan budaya tanpa menghilangkan identitas dari masing masing komponen yang ambil bagian dari pembauran tersebut, mirip dengan teori "Pluralism" atau "Multiculturalism"
  • Asimilasi:
Memadukan masyarakat yang berasal dari suku dan budaya berlainan menjadi satu kesatuan tanpa mempertahankan kebudayaan atau identitas komponen itu berasal , mirip dengan teori "Melting Pot"

Kesimpulan


Ternyata, pelopor diskriminasi Tionghoa era Orde Baru bukanlah Presiden Suharto yang beretnis Jawa, melainkan para pengkhianat Tionghoa yakni Sindhunata dan kelompoknya. Suharto memang tidak bisa dibilang sama sekali tak terlibat, namun setidaknya ini bisa mengubah cara pandang kita tentang Orde Baru dan diskriminasi nya. Selain itu, diskriminasi Tionghoa tidak dimulai di era Suharto, melainkan Sukarno, lewat perpres yang melarang etnis Tionghoa berdagang di daerah kecamatan.

Hal ini mungkin bisa membuat malu teman-teman Tionghoa yang tahun lalu (2014) merayu dan cenderung memaksa teman-teman Tionghoa nya untuk memilih PDIP dan Jokowi karena Sukarno dianggap pro-tionghoa dan Suharto anti-tionghoa. Juga orang-orang yang menyebarkan ketakutan buatan bahwa Prabowo anti-tionghoa karena merupakan menantu Suharto.


Salam Indonesia Raya,



Patrick Ong


Refrensi :
http://www.jakarta.go.id/v2/dbbetawi/detail/200/Junus-Jahja
http://www.thejakartapost.com/news/1999/08/28/misconcept-assimilation.html
http://www.gelora45.com/news/STDjin_Sindhunata.pdf
http://www.indonesiamedia.com/lipsus/lipsus-2003-cinationghoa3.htm
http://www.tionghoa.info/kristoforus-sindhunata/
http://news.liputan6.com/read/814735/sukarno-gus-dur-dan-imlek
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristoforus_Sindhunata

1 komentar: